Mengompos dengan caramu: Kembali menjadi tanah yang berharga.

Semangat menjaga alam boleh jadi sama, tapi pelaksanaan di tiap keluarga bisa berbeda-beda. Itu yang saya tangkap ketika mendengarkan cerita ibu-ibu di keluarga besar Semi Palar tentang komposting di rumahnya.

Masing-masing keluarga ternyata punya cerita dan tips komposting yang berbeda-beda. Sayapun tertarik mendokumentasikan beberapa cerita mereka. Siapa tahu, kita sama-sama bisa saling belajar dan semakin banyak keluarga yang melakukan komposting.

Ibu Sekar dan Ibu Lei sama-sama menggunakan tas kompos dari Waste for Change.

“Isinya potongan sayur,kulit buah, kulit telur, biji, sampah dapur, sama daun dari motong pagar tanaman.
Dan dikasih sekam,biar relatif kering jd ga bau”

-Ibu Sekar

Ibu Lei mencoba memulai komposting sampah organiknya dengan menambahkan sampah serasah daun yang dikumpulkan oleh bapak tukang kebun di kompleks rumahnya. Sampah serasah ini berfungsi seperti sekam, tujuannya agar sampah terjaga relatif kering dan tidak berbau.

Ibu Janet melakukan komposting dengan menggunakan pot tanaman. Cara yang serupa juga digunakan oleh Ibu Nana, beliau menggunakan bak plastik untuk menampung sampah organiknya. Cara yang sederhana namun cukup efektif.

“Kompos kutaruh di bak saja, kemudian diaduk dan dibiarkan saja.
Sesekali di jemur diluar dan mastiiin ga terkena air hujan”

– Bu Nana

Ibu Meirani sudah cukup lama melakukan komposting dengan menggunakan tong biru untuk wadah komposnya. Sesekali ditambahkan larutan mikroba EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Hasil komposnyapun sudah sering dibagikan ke tetangga sekitar.

“Pakai komposter tong biru, hewani dan nabati dicemplungin semua kesitu, emang agak lama sih pembusukannya, sama musti ngontrol teksturnya gak boleh terlalu basah atau kering.
Pernah ngalamin bau & serbuan lalat & uget2 gara gak rajin diaduk”

– Bu Meirani

Bu Janet dan Ibu Nana juga memberikan tips untuk memudahkan kita melakukan komposting di rumah. Caranya adalah dengan menaruh wadah sampah kecil di dekat bak cuci piring untuk mempermudah pengumpulan sampah organik ketika kita akan mencuci piring. Wadahnyapun tidak harus khusus, bisa berupa mangkok yang ditutup, atau kontainer plastik bekas makanan yang sering kita peroleh ketika membeli makanan. Sampah makanan baiknya dicacah dulu sebelum masuk ke wadah.

“Sebelum dimasukin ke wadah, dicacah dulu…ini yang bikin males..tapi lama-lama akhire biasa”

– Bu Nana

Demikian sedikit cerita tentang komposting yang dilakukan beberapa keluarga di Semipalar. Semoga menginspirasi lebih banyak keluarga untuk melakukan komposting di tempatnya masing-masing.

Salam!

Foto dan video courtesy: Ibu Janet Widura, Ibu Lady Fitriana, Ibu Dhiana Nana Saraswati, Ibu Janet Widura, Ibu Sekar Anglila.

admin

Add your Biographical Info and they will appear here.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *